Minggu, 27 Maret 2011

Teknologi Bantalan Karet Tahan Gempa

Azas utama penyediaan bangunan sipil adalah untuk tujuan kemanusiaan. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan bagi penghuninya. Beberapa tahun terakhir, perancangan isolasi dasar (base isolation) yang digunakan untuk perlindungan gedung dari bahaya dan kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi telah digunakan sebagai teknologi dalam perancangan struktur gedung di wilayah gempa tinggi. Beberapa tipe struktur telah didesain menggunakan teknologi ini, baik gedung yang telah dibangun maupun yang masih dalam tahap konstruksi. Teknologi ini telah digunakan oleh beberapa negara, seperti Cina, Jepang, dan Amerika Serikat. Dalam pemodelan struktur gedung dengan base isolator diperlukan pemodelan base isolator yang optimum sehingga akan diperoleh lateral dan vertikal displacement yang akurat.

Beberapa contoh gedung yang menggunakan Bantalan Karet :
Fire Department Command and Control Facility.Los Angeles
University of Southern California University Hospital
Tohoku Electric Power Company, Japan

Balai Penelitian Teknologi karet Bogor sebagai Balai Penelitian mempunyai teknologi pembuatan bantalan tahan gempa yang digunakan untuk rumah tinggal maupun maupun gedung bertingkat. Bantalan yang digunakan untuk melindungi gempa bumi dibuat dari kombinasi lempengan karet alam dan lempeng baja. Bantalan tersebut dipasang disetiap kolom yaitu diantara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran akibat gempa bumi sedangkan lempeng baja digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet sehingga penurunan bangunan saat bertumpu diatas bantalan karet tidak besar.

Prinsip Kerja
Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah komponen arah horizontal. Getaran tersebut dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar, bahkan pada puncak bangunan dapat berlipat hingga mendekati dua kalinya. Oleh sebab itu apabila gaya yang sampai pada bangunan tersebut lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan tersebut akan rusak. Gaya reaksi yang sampai bangunan dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet tahan gempa. Pada dasarnya cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet tahan gempa dicapai melalui pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan bangunan untuk begerak bebas saat berlangusung gempa bumi tanpa tertahan oleh pondasi. Bila ditinjau gaya-gaya dalam pada struktur dengan base isolator, seolah olah gedung tersebut dibangun di wilayah gempa yang lebih kecil.

Perilaku struktur tanpa bantalan karet

Perilaku struktur dengan bantalan karet

beberapa referensi :
Pengaruh Penggunaan Base Isolator, Arfiansyah Fathir

Base Isolation: Origins and Development James M. Kelly, Professor Emeritus Civil and Environmental Engineering, University of California, Berkeley

Teknologi Bantalan Karet, NetSains.com

Jenis-Jenis Limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

1 Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a.Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

2 Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

3 Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
* Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
* Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
* Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
* Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Macam Limbah Beracun
* Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
* Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
* Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
* Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
* Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
* Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

Sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam peraturan pemerintah No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 terbagi atas dua macam yaitu yang spesifik dan yang tidak spesifik.
Perbedaan pokok antara limbah B3 spesifik dan tidak spesifik terletak pada cara penggolongannya. Pada limbah spesifik digolongkan kedalam jenis industri, sumber pencemaran, asal limbah, dan pencemaran utama sedangkan pada limbah tidak spesifik penggolongannya atas dasar kategori dan bahan pencemar

SNI Struktur Beton II dan Pencahayaan Pada Ruangan

alhamdulillah, akhirnya ada kesempatan ngurus blog. keenakan liburan sih. hehehe ..
kali ini ane pengen share SNI yang ane dapat dari dosen untuk struktur beton n pencahayaan pada ruangan.

mudah-mudahan bermanfaat la..

Selasa, 22 Maret 2011

Perhitungan Beban Pondasi

Dalam perencanaan suatu bentuk pondasi beberapa kriteria yang harus dipenuhi adalah :
  1. Pondasi harus diletakan pada tempat yang tepat baik dalam arah vertikal maupun horisontal agar tidak terganggu oleh pengaruh luar.
  2. Harus aman terhadap kemungkinan kegagalan kapasitas daya dukung (bearingcapacity failure/collapse)
  3. Tidak mengalami penurunan yang berlebihan & penurunan yang tidak merata/deferential settlement pada pondasi tersebut yang dapat menyebabkan kerusakan konstruksi diatasnya.
  4. Pondasi tersebut harus cukup layak ditinjau dari sudut ekonomi agar dapat memenuhi kriteria diatas
    diperlukan tahapan perencanaan pondasi (khususnya pondasi tiang )yang disusun sebagai berikut :
  • Menghitung beban -beban untuk menentukan daya dukung dan analisapenurunan. Beban-beban total yang berupa pada tiang terdiri dari berat kepala tiang dan tanah diatasnya. Jika tanah merupakan timbunan atau akan ditimbun pada masa yang akan datang, beban tambahan akibat negative skin priction harus diperhitungkan.
  • Mengetahui propil tanah atau propil-propil yang menunjukan lapisan-lapisan tanah yang diatas propil ini ditentukan batas-batas penempatan pondasi atau struktur bangunan bawah yang direncanakan.
  • Mengetahui ketinggian air permanen. Jika tiang kayu tanpa pengawetan digunakan, kemungkinan penurunan muka air tanah pada waktu mendatang harus dipertimbangkan. Untuk pondasi-pondasi jembatan, kedalaman pengikisan oleh air harus ditetapkan dan diperhitungkan.
  • Menentukan jenis dan pancang tiang.
  • Menentukan kapasitas/daya dukung tiang. 
  • Menentukan jarak antara tiang.
  • Memeriksa tegangan -tegangan yang terjadi pada lapisan pendukung.
  • Membuat analisa penurunan. 
  • Merencanakan kepala tiang.
  • Memeriksa daya angkat dan beban -beban horisontal.  
  • Menentukan kriteria test pembebanan pada tiang.
Sumber 

Sistem dan Standar Pencahayaan Ruang

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.


Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:

Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
JENIS KEGIATAN
TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus
100
Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus – menerus
200
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin
300
Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500
Tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut:
Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Keperluan
Pencahayaan (LUX)
Contoh Area Kegiatan
Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area
yang jarang digunakan
dan/atau tugas-tugas atau
visual sederhana
20
Layanan penerangan yang minimum dalam area sirkulasi luar ruangan, pertokoan didaerah terbuka, halaman tempat penyimpanan
50
Tempat pejalan kaki & panggung
70
Ruang boiler
100
Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
150
Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan.
Pencahayaan umum untuk interior
200
Layanan penerangan yang minimum dalam tugas
300
Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip.
450
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis.
1500
Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi kecil dan instrumen; komponen elektronik, pengukuran & pemeriksaan bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)
Pencahayaan tambahansetempat untuk tugas visual yang tepat
3000
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
Keadaan Pekerja
Tingkat Pencahayaan (lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data
300
400-500
500-700
Sumber: Grandjean

Sistem Pelat Lantai (Struktur Beton II)

Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan dari pelat. Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi diantaranya :

a. Sistem Lantai Flat Slab
Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Flat Slab tanpa diberi kepala kolom (drop panel) disebut flat plate.

b. Sistem Lantai Grid (Waffle System)
Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.

c. Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab) menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem pelat lantai yang tidak beraturan.

Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas :
1. Pelat Satu Arah (One way slab)
2. Pelat Dua Arah (Two way Slab)
Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan dari nilai rasio perbandingan sisi panjang (ly) dan sisi pendek (lx) dari pelat.
Pelat satu arah , apabila : ly/lx > 2,0
Pelat dua arah , apabila : 1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0

1. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah dapat di-disain dengan menggunakan disain untuk balok, dengan lebar 1 unit lebar (per m’ lebar) dalam arah sisi pendek. Dalam arah sisi panjang dapat digunakan tulangan susut dan temperatur atau tulangan pembagi.
Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung, dapat ditentukan dari table 2.1. berikut :
Tabel 2.1 Tebal minimum untuk pelat satu arah
Cara Analisis :
Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya geser dalam perencanaan balok menerus dan pelat satu arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu arah, selama:


  1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua. 
  2. Memiliki panjang-panjang bentang yang tidak terlalu berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap panjang bentang terpendek dari dua bentang yang bersebelahan tidak lebih dari 1,2. 
  3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata. 
  4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali beban mati per satuan panjang, dan 
  5. Komponen struktur adalah prismatis.
Momen yang bekerja pada setiap tumpuan dapat ditentukan sebagai :

Gambar 2.1 .  Terminologi balok/pelat satu arah di atas banyak tumpuan
Tulangan Susut dan Suhu
Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya terpasang dalam satu arah saja, harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya tegak lurus terhadap tulangan lentur tersebut.
Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus memenuhi ketentuan berikut:
  • Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014.
  • Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.


2. Sistem Pelat Dua Arah
Sistem pelat dua arah dapat terjadi pada pelat tunggal maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang panjang terhadap bentang pendek kurang dari dua
Beban pelat lantai pada jenis ini disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan pelat mempunyai kelengkungan ganda.

Metode Analisis Struktur Pelat 

a. Metode klasik
Metode ini sebagian besar ditentukan pada teori elastis, di mana pemakaian analisis tingkat tinggi banyak dijumpai. Metode ini didasarkan pada fenomena fisis pelat, yaitu lenturan pelat. Lenturan dibuat model matematis dengan menggunakan penyederhanaan-penyederhanaan
b. Metode Pendekatan dan numerik, antara lain :
1. Metode garis luluh
Dalam metode ini kekuatan suatu pelat dimisalkan ditentukan oleh lentur saja. Pengaruh-pengaruh lain seperti lendutan dan geser harus ditinjau tersendiri. 
2. Metode jaringan balok
Metode ini didasarkan pada metode kekakuan ( mengubah struktur kinematis tak tentu menjadi struktur kinematis tertentu). Analisis struktur pelat didekati dengan pendekatan jaringan balok silang, struktur pelat dianggap tersusun dari jalur-jalur balok tipis dalam masing-masng arah dengan tinggi balok sama dengan pelat. 
3. Metode pendekatan PBI 71
Didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Momen-momen yang dihasilkan didapat dari rumus momen yang sudah ada. Besarnya momen ini dipengaruhi oleh besarnya beban terbagi rata per meter panjang, panjang bentang arah x dan arah y dari panel pelat. Dari hitungan momen didapatkan Mlx ( momen lapangan pada arah x), Mtx ( momen tumpuan/tepi pada arah x), Mly ( momen lapangan pada arah y), Mty ( momen tumpuan/tepi pada arah y).Perhitungan momen-momen tersebut harus sesuai dengan perletakan masing-masing sisi struktur pelat yang direncanakan. 
4. Metode pendekatan SNI-2847-2002 Metode perencanaan langsung ( Direct Design Method )
Pada metode ini yang didapatkan adalah pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang disederhanakan. Metode portal ekivalen ( Eqivalen Frame Method )
Metode ini digunakan untuk memperoleh variasi longitudinal dari momen dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-kolom, berikut sistem lantai dimisalkan di dalam analisis pendahuluan dan kemudian diperiksa seperti halnya dengan perencanaan dari struktur statis tak tentu lainnya.

PSJ Air Bersih

Air berarti kehidupan. manusia dan binatang memerlukan air untuk kehidupan. pada zaman dahulu nenek moyang kita membangun peradaban pada  lokasi yang dekat dengan sumber air. India, Mesir, Mesopotania, Cina, Roma sejak tahun 3000 SM telah melakukan pengolahan airyang dikenal dengan istilah "Intensive Water Management".

Air di Bumi Kita
Volume air di bumi adalah 1,4 Milyar km3 yang terdiri dari :
  1. Air di udara (0,001 %)
  2. Sungai dan danau (0,001 %)
  3. Es dan  salju (1,75 %)
  4. Air tanah (0,72 %)
  5. Air laut (97,5 %)
dalam kenyataannya hanya 2,5 % merupakan air tawar, < 1% yang dapat dimanfaatkan dengan biaya rendah yaitu air danau, sungai, waduk dan sumber air tanah dangkal. diperlukan upaya bersama untuk mempertahankan keberadaannya untuk kelangsungan hidup dan peradaban sekarang dan yang akan  datang.

Ketersedian Air di Berbagai Negara
  1. 9 negara terkaya air yaitu Brazil, Rusia, Cina, Kanada, Indonesia, USA, India, Colombia, Zaire.
  2. 10 negara termiskin air yaitu Malta, Qatar, Bahama, Bahrain, Yaman, Saudi Arabia, Libya, UAE, Singapore, Jordan.
  3. Ketersedian perkapita di dunia rata-rata 600 m3/kapita/tahun, minimum 20 m3/kapita/tahun dan maksimum 20.000 m3/kapita/tahun.
Tujuan penyediaan air bersih adalah untuk menjaga kesehatan lingkungan dengan mencegah penyebaran penyakit yang menular melaluiair. hal ini berhubungan dengan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap air.
  • Keperluan komsumtif : mandi, cuci, memasak, dsb.
  • Keperluan non komsumtif : PLTA, navigasi, rekreasi, perikanan, suaka alam, pendingin mesin, dsb.
  • Keperluan pengendalian : Banjir, Pengotoran kota, pengaruh air asin, untuk pemadam kebakaran, dsb.
Dalam menyediakan air bersih, Pemerintah melaksanakan kewajibannya dengan membangun PDAM. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air bersih yang meliputi persyaratan fisik, kimia, dan bakteriologi.
Parameter yang  perlu dipertimbangkan :onat
  • Tingkat keasaman (nilai pH)
  • karbon dioksida (Co2)
  • Kesadahan (hardnes), kesadahan total, karbonat, non karbonat

Sistem Penyediaan Air Bersih
Untuk merencanakan sistem penyediaan air bersih, harus diketahui apa saja komponen sistem penyediaan air bersih ? Karena daerah pelayanan air bersih berbeda untuk tiap lokasi, maka komponen sistem penyediaan air bersih belum tentu sama.


Secara umum sistem penyediaan air bersih ada tiga macam yang perlu di perhatikan yaitu, Sistem gravitasi, Sistem dengan perpompaan dan Sistem gabungan antara gravitasi dan perpompaan.


1. Sistem penyediaan Air Bersih dengan cara gravitasi

Sistem dengan cara gravitasi bisa terjadi apabila lokasi dari sumber Air lebih tinggi dari lokasi daerah pelayanan. Pada sistem gravitasi air dialirkan secara gravitasi sehingga biaya operasional bisa lebih murah karena tidak perlu menggunakan pompa. Sebagai contoh kota Fak Fak di Papua.


2. Sistem Penyediaan Air Bersih dengan cara perpompaan

Sistem dengan cara perpompaan bisa terjadi apabila lokasi dari sumber air mempunyai ketinggian yang sama atau lebih rendah dari lokasi daerah pelayanan. Pada sistem perpompaan air dialirkan dengan menggunakan pompa sehingga biaya operasional menjadi lebih tinggi karena memerlukan biaya untuk bahan bakar atau listrik. Sebagai contoh, kota Jakarta yang sumber airnya relatif hampir sama dengan daerah pelayanan.


3. Sistem Penyediaan Air Bersih gabungan antara Sistem Gravitasi dan Sistem Perpompaan.

Sistem Gabungan bisa terjadi apabila terdapat beberapa sumber air dan daerah pelayanan cukup luas, misalnya kota Bogor.

Dalam Master Plan hal ini yang dikaji sehingga bisa ditentukan sistem yang akan dipakai dan komponen air bersih apa saja yang diperlukan dalam suatu daerah yang akan dibangun sarana air bersihnya.




Skematik Sistem
Penyediaan Air Bersih

Komponen Sistem Penyediaan Air bersih
Komponen Sistem Penyediaan Air Bersih tergantung dari kondisi Sumber Air dan Kondisi Daerah Pelayanan. Secara garis besar komponen Sistem Penyediaan Air Bersih bisa di sebutkan sebagai berikut :
  1. Sumber Air
  2. Bangunan Penangkap AIr
  3. Pipa Transmisi
  4. Bangunan Pengolahan Air
  5. Pompa Air
  6. Reservoir
  7. Pipa Distribusi
  8. Sambungan Rumah
  9. Hydran Umum
  10. Mobil Tangki Air
  11. Daerah Pelayanan
Dari tiap komponen sistem penyediaan air bersih diatas, masih banyak lagi apabila akan dibahas dalam Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih. Misalnya sebagai contoh, sumber Air aja dulu.
  • Apakah masuk wilayah perencanaan atau wilayah lain
  • Bagaimana penggunaannya
  • Apakah Air tanah atau air permukaan
  • Kalau air permukaan/sungai, berapa lebar dan dalamnya
  • Kalau Air Tanah, Apakah Mata Air atau Air Tanah Dalam
  • Bagaimana kualitas airnya
  • Berapa debit air minimumnya
  • Bagaimana situasi dan kondisi tanahnya
  • Bagaimana kemudahan pencapaian kelokasi
  • Berapa jaraknya dari daerah pelayanan
  • dan lain lain.
Dari komponen sumber air bisa kelihatan tenaga ahli yang terlibat disini adalah, ahli teknik lingkungan, ahli teknik sipil, ahli topografi dan ahli geologi.


Kualitas Air Untuk Sistem penyediaan Air Bersih

Kualitas Air untuk sistem penyediaan air bersih ditentukan dengan standar yang berbeda pada tiap negara.

Pada umumnya air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Syarat Fisik, air tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau.
  2. Syarat Kimia, air tidak boleh mengandung zat-zat kimia atau mineral yang melebihi batas yang telah ditentukan.
  3. Syarat Bakteriologis, air tidak boleh mengandung bakteri penyakit dan bakteri coli melebihi batas yang telah ditentukan.
Pada waktu survey lapangan setiap sumber air yang nantinya akan dipakai sebagai sumber untuk sistem penyediaan air bersih diambil contoh airnya untuk diperiksa di laboratorium. Jadi pada waktu Survey lapangan jangan lupa untuk membawa jerigen ukuran 5 liter untuk membawa contoh air yang akan diperiksa.

Kualitas air yang akan digunakan akan menentukan jenis pengolahan air yang akan dibangun nantinya dan tentunya semakin baik kualitas airnya maka akan semakin murah biaya pengolahan air yang akan dibangun sebagai salah satu komponen sistem penyediaan air bersih.

Sebagai contoh di kota besar seperti Jakarta misalnya, karena kualitas sumber air bakunya dari sungai yang sudah banyak tercemar oleh limbah rumah tangga dan limbah lainnya maka diperlukan pengolahan air yang lengkap sehingga memerlukan biaya yang mahal untuk pengolahan airnya.